Menyambung tulisan kista bartholin, kronologis kisahnya saya paparkan aja ya sekalian biar bisa dibaca yang lain. Selain untuk menghindari kesalahpahaman tentang kista ini dan adanya informasi yang simpang siur sebaiknya ditanyakan ke dokter prosedur apa yang akan digunakannya. Pasien berhak mendapatkan informasi treatment yang dilakukan, termasuk dalam kondisi emergency. Oya semua dokter ini adalah di Amerika Serikat tepatnya di Mountain View, California, tempat saya mukim sekarang.
Kira-kira dua minggu menjelang puasa tahun ini saya sepedaan. Santai aja sih, rutenya juga datar2 aja. Walau ngga seperti di East Coast tapi lumayanlah memeras keringat. Sehari setelah itu saya merasakan sakit di bagian bawah vagina antara mulut rahim dan dubur. Saya kira hanyalah bisul kecil atau pantat sakit setelah sepedaan. Ternyata beberapa hari kemudian rasa sakit ini makin bertambah, hingga membuat duduk ngga nyaman. Rasa sakit itu seperti benjolan sebesar ibu jari, meradang dan bikin panas dingin.
Tadinya saya abaikan, karena memang ngga terlalu perhatian. Saya obatin obat flu biasa. Tapi kok lama2 benjolnya itu kerasa keras. Sebelum yakin dibawa ke RS saya cari beberapa artikel di internet tentang cyst (kista) ini. Beberapa jurnal medis menyebutkan ini adalah bentuk infeksi di kelenjar bartholine. Dua kelenjar ini letaknya disamping bibir vagina dan berfungsi penghasil cairan lubrikasi jika melakukan hubungan seksual. Entah kenapa kemudian ada bakteri yang nyangkut disitu menyebabkan terhambat dan jadi infeksi. Beberapa tahun lalu jurnal menyebutkan bakteri ini termasuk tipe STD (Sexual Transmitted Desease -seperti chlamydia) atau bakteri di bagian perut. Tapi bukan berarti si penderita ini masuk katagori STD loh. Dulu iyah tapi sekarang setelah ditemukan bakteri jenis lain, kista bartholin ini dikatagorikan sebagai infeksi biasa. Hal ini memperkuat dugaan saya, karena sekitar bulan January 2008 saya check up (Health Screener) di Raffles Hospital Singapore dan dinyatakan sehat dalam dan luar :)
Kista Bartholin ini biasa terjadi pada wanita usia produktif, baik yang punya anak atau belum. Prosedur yang disarankan adalah operasi ringan (office surgery) disebut marsupalitation, mengeluarkan nanah (abscesses) dan membersihkan jaringan penyebab infeksi itu.
Besoknya saya ke bagian darurat RS di Palo Alto Medical (maksudnya sih biar cepet ditangani -trus misalnya ada periksa berikutnya bisa dirujuk darisini). Dokter pertama yang memeriksa saya, dokter Ahluwalia segera melakukan operasi untuk mengeluarkan infeksi nanah. Ringan karena hanya bius lokal dan sebentar (30 menit plus membersihkannya). Karena proses pengeluaran nanah itu didaerah sensitif, jadi pas suntik bius-nya lumayan kaget. Kelenjar itu kemudian diiris untuk mengeluarkan cairan dan disedot sampai habis. Perlu diketahui operasi ini ngga ada sangkut pautnya dengan rahim, jadi ngga diiris lewat perut. Begitu selesai, dokter memasukkan alat kecil semacam tali yang dibiarkan menggantung hingga 4-5 hari. Tali ini fungsinya untuk membiarkan cairan keluar dan mengering.
Selama periode itu disarankan mandi berendam air hangat dengan cairan anti infeksi sehari dua kali. Kalo ngga ada bath tub, dokter menyarankan memakai ember bayi, diisi air hangat dan duduk disitu. Namanya sitz bath.Sebenarnya ini membantu membunuh bakteri juga mempercepat keringnya luka. Jelas ngga boleh berhubungan seksual selama masa penyembuhan. Biasanya dokter meminta 2 minggu. Saya diberi obat antibiotik Amoxiln 875mg dan diminta kembali setalah obat selesai.
Abis operasi rasanya ya males aja kemana-mana karena bekas irisan tadi. Hanya bisa duduk dan tidak melakukann aktivitas banyak. Saya masih bisa masak ringan atau bikin minum, berusaha ngga tiduran. Bahkan saking pengen melupakan rasa sakit, saya pake jalan biarpun santai saja. Dua hari kemudian tali kecil itu keluar sendiri, saya bawa ke RS untuk konfirmasi. Dokter (cowok -lupa namanya tapi menjelaskan panjang lebar) bilang, susah nemukan bekas irisan karena udah tertutup. Dia bilang ngga papa, dan diminta ketemu Dr. Ahluwalia lagi.
Sekitar 10-12 hari kemudian saya balik meminta dokter melihat luka karena saya ngerasa masih ada infeksi. Saya ditangani dokter Yung (perempuan) dan seorang suster. Kali ini mereka bilang saya harus operasi lagi untuk mengeluarkan sisa2 yang kemungkinan menyebabkan infeksi balik lagi. Operasi yang kedua ini ngga tau kenapa lebih sakit terutama menyuntik bius. Menurut Dr Yung, karena sebenarnya akar infeksi itu lebih dalam dari yang diduga semula. Kali ini begitu selesai kateter (word catheter) yang diberikan ke saya lebih panjang dan besar. Seterusnya saya masih diberi Amoxilin dan harus menuruti dosis serta waktu minumnya. Sitz bath tetep saya lakukan. Terutama mengurangi rasa sakit dan pengganti mandi. Secara keseluruhan saya merasa sembuh setelah 7 hari, tapi itu tergantung pada kondisi masing2. Karena itu biasanya diminta balik lagi untuk check-up.
Saya bertanya ke dokter bagaimana agar kista ini ngga kembali lagi. Mereka semua ngga bisa memberikan jaminan. Banyak kombinasi yang membuat perempuan bisa terkena. Misalnya kebersihan, kondisi tubuh, sistem kekebalan, cuaca luar dsb. Salah satu yang disarankan adalah meningkatkan sistem imun tubuh, seperti vitamin dan pola makan . Sempat saya tanyakan apakah karena sepedaan itu, sehingga kista tadi muncul. Dokter Patti Allen (family doctor) malah bilang, jangan karena kista ini saya jadi berhenti kegiatan fisik. Sepeda bukan penyebabnya dia menegaskan.
Nah apakah semua wanita bisa kena? Jawabnya iya. Tapi hanya wanita dengan kondisi tertentu yang membuat kista ini menjadi infeksi. Hikmah dari peristiwa ini salah satunya malah jadi deket sama suami karena ngga punya pembantu (ndak pernah) jadi kami bahu membahu urusan rumahtangga. Walaupun saya operasi-nya sendirian, ngga ada temen tapi setiba dirumah hampir semua pekerjaan domestik dijalankan suami. Hikmah lain, menjaga makan dan kondisi tubuh itu penting banget walaupun saya ini rajin olahraga dan sehat tetap aja kena.
Dampak setelah operasi sih ngga ada. Bekas luka juga ngga kliatan, apalagi mata telanjang. Paling bisa ya diraba, itupun semakin lama bekasnya makin susah.
Jurnal ilmiah tentang penanganan infeksi kista bartholin ini bisa dibaca di
American Family Physician ( 1 July 2003), ada gambarnya (agak ngeri klo belum biasa liat), bisa didunlud pdf dihttp://tinyurl.com/6s4how
Untuk biaya dan prosedur di Singapura ataupun Indonesia saya tidak tahu. Tapi di US, kista ini termasuk emergency jadi dibayar oleh asuransi. Ongkos per operasi berkisar antara $600 dengan biaya dokter antara $100-200.
sumber :
http://ambarbriastuti.multiply.com/journal/item/530/Pengalaman_dengan_Kista_Bartholin_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar